Blogger news

kunjungan blokbojonegoro.com di ma abu darrin

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 03 Desember 2012

KESADARAN MEMINIMALISASI KONSUMSI BERAS dan MENGENAL PERTANIAN MODERN RAMAH LINGKUNGAN DIMULAI DARI KALANGAN SANTRI

Seiring bertambahnya jumlah penduduk indonesia, maka kebutuhan pangan dalam negeri juga akan mengalami peningkatan. Seperti dilaporkan harian online (kompas.com; antaranews.com, 2012) indonesia akan melakukan impor beras dari negara tetangga, Kamboja, sebanyak 1,1 juta ton per-tahun. Beras itu akan didatangkan bertahap, mulai 100 ribu ton pada Desember 2012, sementara 1 juta ton sisanya didatangkan tahun depan. Pemerintah Indonesia menandatangani kesepakatan untuk membeli beras dari Kamboja dengan volume 100.000 ton per tahun untuk jangka waktu lima tahun ke depan dan sebaliknya negeri bangsa Khmer itu akan mengimpor pupuk dan peralatan pertanian seperti traktor dan mesin penggiling gabah. Kesepakatan itu ditandatangani oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan dan Menteri Perdagangan Kamboja Cham Prasidh pada sela-sela Pertemuan ke-44 Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN di Siem Reap, Kamboja.

Memang sungguh ironis, karena jika dilihat dari kondisi geografisnya, Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati yang mampu mendukung pemenuhan kebutuhan pangan. Ungkapan “tongkat dan batu jadi tanaman!” merupakan gambaran betapa suburnya negara kita. Namun, dalam kenyataannya, keanekaragaman tersebut banyak yang tak termanfaatkan sehingga dalam soal pangan Indonesia justru tampak menyedihkan, di sisi lain, karena kesuburan yang dimiliki negara kita, mungkin dapat membuai kita dalam fatamorgana kesuburan sehingga kita lupa akan inovasi.

Salah satu penyebab utama dari kurangnya sumber pangan adalah jumlah penduduk yang sangat besar. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2012 ini penduduk indonesia tak kurang pada kisaran 230-237 juta jiwa, makanan pokok semua penduduk adalah beras sehingga sudah jelas kebutuhan beras menjadi sangat besar. Selain itu, pengelolaan yang masih menggunakan gaya kuno juga menyebabkan indonesia kalah bersaing dengan negara maju. Ada beberapa negara maju yang meski memiliki keterbatasan lahan, akan tetapi dapat menerapkan pertanian yang modern, diantaranya adalah: jepang, belanda, amerika serikat dan taiwan.

1. Jepang

Jepang terkenal sebagai bangsa pengkreasi dan pencipta. Sebagai negara dengan budaya teknologi yang tinggi, Jepang menerapkan teknologi modern untuk bidang pertaniannya. Pertanian di negara ini sangat diatur secara detail, dikerjakan secara serius, mengutamakan teknologi namun tetap ramah lingkungan. Dengan keunikan pengelolaannya itu, Badan Pertaniannya PBB (FAO) menjadikan daerah pertaniaan di Jepang masuk dalam daftar Warisan Penting Sistem Pertaniaan Global (GIAHS/Globally Important Agricultural Heritage Systems). Dengan porsi lahan pertanian hanya 25 % saja, masyarakat Jepang benar-benar memanfaatkan lahan mereka secara efisien, mereka menanam di pekarangan, ruang bawah tanah, pinggiran rel kereta, di atas gedung, setiap lahan yang dapat dimanfaatkan mereka optimalkan. Pasca Tsunami yang meluluh lantahkan sebagian lahan pertaniannya, jepang merencanakan sitem pertanian yang lebih modern. Sistem pertanian yang dijalankan oleh robot, seperti traktor tanpa awak, mesin tanam dan mesin panen. Untuk menghalau hama jepang akan menggunakan teknologi lampu LED.

Jepang selalu merencanakan pertaniannya secara jangka panjang, mungkin yang paling terkenal dan terasa dampaknya sampai sekarang adalah kebijakan nasional tentang konsolidasi lahan (1961). Kebijakan ini pada intinya melokalisasi lahan pertanian yang tadinya terpisah-pisah dalam jumlah yang kecil sehingga kurang efesien menjadi lahan yang terlokalisasi pada satu daerah dengan pengembangan infrastruktur pendukung seperti jalan, saluran irigasi dll secara terpusat. Selain itu, pemerintah Jepang memberi perhatian khusus terhadap sektor ini, seperti pendirian sejenis koperasi bernama Japan Agriculture Cooperative (JA Cooperative) yang secara baik mengatur pengadaan pupuk, benih, penjualan produk hasil pertaniaan hingga bimbingan teknis untuk anggota-anggotanya, memberikan subsidi untuk melindungi hak petani untuk hidup layak.

2. Belanda

Negara ini sangat mengagumkan dalam hal pengelolaan pertaniannya. Dengan luas wilayah yang relatif kecil bila dibandingkan Indonesia, Belanda dengan luas Negara hanya 41.526 km persegi (bandingkan dengan luas Indonesia yang mencapai Indonesia 1.919.440 km) mampu menjadi Negara dengan besaran ekonomi urutan 16 di dunia dan memiliki pendapatan perkapita 2% lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata di eropa. pada tahun 2011 Belanda mampu menjadi negara peringkat 2 untuk negara pengekspor produk pertanian terbesar didunia dengan nilai ekspor mencapai 72,8 miliar Euro, sekitar 20% perekonomian mereka di topang dari sektor pertanian. Bahkan sebagian dari wilayah daratan Belanda adalah daratan buatan hasil membendung air laut, dapat dibayangkan teknologi yang mereka kuasai untuk menahan air sebanyak itu. Produk andalannya adalah benih dan bunga. Kunci dari majunya pertanian di Belanda adalah Riset. Kebijakan-kebijakan dan teknologi di adopsi dari riset-riset yang dilakukan para ahli. Salah satu pusat riset pertanian yang terkenal disana adalah universitas Wageningen.

Martin J Kropff, Rektor Universitas dan Research Wageningen, Den Haag mengatakan bahwa salah satu kiat mereka dalam membangun industrialisasi pertanian adalah melakukan investasi dalam kegiatan riset. Dari riset ini akhirnya digulirkan inovasi-inovasi, yang salah satunya di bidang pertanian. Sekarang pertanian di negeri kincir angin itu telah dijalankan dengan system yang modern, direncanakan secara matang, menggunakan alat yang canggih dan keterampilan. Industri pertanian Bunga/tanaman hias menjadi salah satu andalan di negeri belanda, mereka menggembangkan teknologi yang mereka sebut tirai difragma untuk greenhouse, atapnya terlihat berwarna belang-belang abu-abu dan transparan yang dikendalikan secara mekanik bisa menutup dan membuka untuk mengatur suplai cahaya, karbondioksida, dan kelembaban udara di sekitar greenhouse seperti yang di inginkan. Untuk melakuakan itu semua cukup dengan mengatur beberapa tombol saja. Tidak hanya itu, mereka juga menerapkan teknologi robotic unrtuk penyortiran tanaman, pekerja hanya duduk ditempat sebagai operator saja, alangkah asiknya menjadi petani di sana.

3. Amerika Serikat

Amerika Serikat terkenal sebagai penghasil kacang kedelai, gandum, kapas, kentang dan tembakau di dunia. Harga produk-produk tersebut sangat mempengaruhi harga di dunia. Pertanian di sana dikerjakan dengan luas kepemilikan lahan yang luas, dikerjakan dengan teknologi pertanian yang hampir separuhnya dilakukan oleh mesin. Sistem irigasi dalam pengelolaan air pun di buat lebih efisien.

4. Taiwan

Hasil ekspor produk pertanian di negara ini adalah USD 11,8 miliar atau 1,5% pendapatan nasionalnya. Seperti juga di negara dengan pertanian lainnya, separuh pengerjaan dilakukan dengan teknologi canggih. Contohnya dalam penanaman padi, mereka menerapkan sistem yang sangat berbeda dengan Indonesia. Bila di Indonesia bibit padi di semai pada satu hamparan sebelum dipindah pada lahan sawah, di Taiwan bibit padi dimasukan suatu wadah pot segi empat dengan ketinggian 2 cm, saat tanam menggunakan mesin dengan kecepatan 3 jam/ha. Cara ini dapat menghemat waktu, tenaga, biaya serta menghasilkan pertumbuhan padi lebih baik, karena pada saat tanam tidak perlu mencabut bibit dari persemaiaan yang akan membuat tanaman stress dan memerlukan waktu untuk adaptasi.

Dari kesemua negara yang disebutkan diatas, ada “benang merah” yang membuat mereka maju dan terdepan dalam teknologi pertaniaan, yaitu dukungan pemerintahnya melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak terhadap petani, mengatur dan menata pengelolaan pertanian menjadi teratur, tertata dan mensejahterakan. Indonesia harus segera meningkatkan sumber daya manusianya dan membangkitkan semangat untuk maju agar tidak semakin tertinggal jauh. Meski tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetap harus ada upaya untuk menanggulangi kelangkaan bahan pangan. Harus ada kesadaran untuk mengkonsumsi bahan pangan alternatif selain beras dan juga perlu adanya kesadaran pertanian modern yang ramah lingkungan. Salah satu bentuk pertanian yang ramah lingkungan adalah dengan mengurangi penggunaan bahan kimia. Penggunakan bahan kimia dalam sistem pertanian, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan manusia. Contoh nyata adalah penggunakan pestisida, disadari atau tidak bahwa penggunakan pestisida yang tidak terkendali akan meningkatkan resistensi hama, sehingga pada penggunakan selanjutnya pestisida tidak efektif untuk mengendalikan hama. Dan pada akhirnya akan mengurangi hasil panen dari sektor pertanian.

Kesadaran dalam penggunakan pestisida yang efisien maupun penggunakan bahan pangan alternatif sangatlah penting sebagai upaya untuk mencegah semakin bengkaknya impor beras. Sosialisasi dan pelatihan sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah diatas. Salah satu tawaran yang mungkin bisa dilakukan adalah dimulai dari kalangan pesantren. Seperti yang telah diketahui bahwa pesantren merupakan tempat berkumpulnya para santri dari berbagai daerah. Pesantren merupakan satu fenomena unik yang mandiri dan tumbuh bersama masyarakat kelas bawah di seluruh Indonesia. Pesantren menjalankan seluruh fungsi kehidupannya secara mandiri, termasuk dalam bidang ekonomi. Perkembangan dunia pesantren pada dekade terakhir juga mengalami kamajuan yang cukup pesat. Jumlah pesantren di Indonesia tahun 2011 Menurut Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama H. Abdul Jamil mencapai 25.000 pondok pesantren dan jumlah santri pondok pesantren di 33 provinsi di seluruh Indonesia pada tahun 2011 mencapai 3,65 juta. Sehingga jika tiap pesantren menerapkan mengkonsumsi bahan pangan alternatif, akan dapat membantu negara untuk menghemat biaya dalam memenuhi kebutuhan bahan pangan.

Selain menjadi tempat untuk pembinaan moral kesalehan santri dan pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam, pesantren seyogyanya perlu juga melakukan diversifikasi keilmuan unggulan khusus dan atau melakukan diversifikasi keahlian praktis tertentu. Artinya, setiap pesantren perlu membuat satu keunggulan (nilai plus) tertentu yang membedakan pesantren satu dengan pesantren lainnya, misalnya dengan meningkatkan keunggulan dalam keahlian ilmu tertentu seperti keunggulan keahlian dalam kajian hadits, atau disiplin ilmu agama tertentu, atau bisa juga dalam bentuk keahlian praktis lain misalnya keahlian bahasa, keahlian pertanian dan keahlian praktis lainnya.

Selain penerapan budaya konsumsi bahan pangan alternatif, pelatihan penerapan pertanian yang ramah lingkungan juga sangat dimungkinkan di lingkungan pesantren, mengingat tidak semua pesantren berada di kota. Salah satu contoh pelatihan tentang pertanian yang ramah lingkungan adalah meminimalisai penggunakan bahan kimia. Pada akhir-akhir ini memang sering digembar-gemborkan gagasan mengenai pertanian ramah lingkungan, akan tetapi aplikasi atau penerapannya masih sangat minim. Oleh karena itu pesantren merupakan tempat yang sangat strategis untuk mewujudkan gagasan-gagasan tersebut. Pesantren harus dapat menjalin kerja sama dengan instansi-instansi dibidang yang berkaitan seperti Dinas Pertanian, para Peneliti, Institut Pertanian dan lain-lain.