TUGAS TERSTRUKTUR BIOLOGI TANAH
MIKORIZA
SYAMSUL HUDA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
Pendahuluan dan Pengertian Mikoriza
Lingkungan
tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik
dan lingkungan biotik. gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu
wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk
hidup, salah satunya adalah mesofauna tanah. Tanah dapat didefinisikan sebagai
medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan
organik, dan organisme hidup. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan
metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan
kesuburannya. Akar tanaman biasanya mengalami simbiosis dengan organisme lain.
Mikoriza adalah jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan sistem perakaran
tanaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan rizoid (akar
semu) jamur.
Istilah
Mikoriza berasal dari kata Miko (Mykes = cendawan) dan Riza yang berarti Akar
tanaman jadi secara harifiah mikoriza memiliki arti akar jamur atau akar yang
diliputi oleh jamur. Asosiasi simbiotik antara jamur dengan akar tanaman yang
membentuk jalinan interaksi yang kompleks dikenal dengan mikoriza yang biasa
disebut juga “akar jamur”. Struktur yang terbentuk dari asosiasi ini tersusun
secara beraturan dan memperlihatkan spektrum yang sangat luas baik dalam hal
tanaman inang, jenis cendawan maupun penyebarannya. Mikoriza merupakan suatu
struktur yang khas yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang saling
menguntungkan antara suatu tumbuhan tertentu dengan satu atau lebih galur
mikobion dalam ruang dan waktu.
Ekologi Mikoriza dan Simbiosisnya
dengan Tanaman.
Secara
umum mikoriza hidup di daerah tropika. Kondisi lingkungan tanah yang cocok
untuk perkecambahan biji juga cocok untuk perkecambahan spora mikoriza.
Demikian pula kindisi edafik yang dapat mendorong pertumbuhan akar juga sesuai
untuk perkembangan hifa. Jamur mikoriza mempenetrasi epidermis akar melalui
tekanan mekanis dan aktivitas enzim, yang selanjutnya tumbuh menuju korteks.
Pertumbuhan
hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui
epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai
tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa
eksternal berfungsi mendukung fungsi reproduksi serta untuk transportasi karbon
serta hara lainnya kedalam spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara
dari dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman.
Asosiasi
simbiotik antara akar tanaman dengan jamur mikoriza menyebabkan terbentuknya
luas serapan yang lebih besar dan lebih mampu memasuki ruang pori yang lebih
kecil sehingga meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara,
terutama unsur hara seperti P, Cu dan Zn. Selain itu juga menyebabkan tanaman
lebih toleran terhadap keracunan logam, serangan penyakit khususnya patogen
akar, kekeringan, suhu tanah yang tinggi dan kondisi pH yang tidak sesuai.
Faktor
lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan spora cendawan mikoriza.
Kondisi lingkungan dan edafik yang cocok untuk perkecambahan biji dan
pertumbuhan akar tumbuhan biasanya juga cocok untuk perkecambahan spora
cendawan. Cendawan pada umumnya memiliki ketahanan yang cukup baik pada rentang
faktor lingkungan fisik yang lebar. Mikoriza tidak hanya dapat berkembang pada
tanah berdrainase baik, tapi juga pada lahan tergenang seperti pada sawah.
Bahkan pada lingkungan yang sangat miskin atau lingkungan yang tercemar limbah
berbahaya, cendawan mikoriza masih memperlihatkan eksistensinya.
Ekosistem
alami mikoriza di daerah tropika dicirikan oleh keragaman spesies yang sangat
tinggi, khususnya dari jenis ektomikoriza. Hutan alami yang terdiri dari banyak
spesies tumbuhan dan umur seragam sangat berpengaruh terhadap jumlah dan
keragaman mikoriza. Akumulasi perubahan lingkungan mulai dari penebangan hutan,
pembakaran, kerusakan struktur dan pemadatan tanah akan mengurangi propagula
cendawan mikoriza. Efektivitas mikoriza dipengaruhi oleh faktor lingkungan
tanah yang meliputi faktor abiotik seperti konsentrasi hara, pH, kadar air,
temperatur, pengolahan tanah dan penggunaan pupuk atau pestisida serta faktor
biotik seperti interaksi mikrobial, spesies cendawan, tumbuhan inang, tipe
perakaran tumbuhan inang dan kompetisi antara cendawan mikoriza.
Asosiasi Mikoriza dengan Akar Tanaman
Asosiasi
terjadi bila cendawan masuk ke dalam akar atau melakukan infeksi. Proses
infeksi dimulai dengan perkecambahan spora dalam tanah. Hifa yang tumbuh
berpenetrasi ke dalam akar lalu berkembang dalam korteks. Pada akar yang
terinfeksi akan terbentuk hifa interseluler yang tidak bercabang, terletak di
ruangan antar sel. Selain itu juga akan terbentuk hifa intraseluler yang
bercabang secara dichotomy (arbuskular), atau yang membengkok menjadi bulat
atau bulat memanjang (vesikel) dan hifa yang mengering (hifa gelung). Perkembangan
arbuskula mengikuti perkembangan hifa yang masuk ke dalam sel. Arbuskula
berkembang dengan sel korteks dari sub batang pada internal hifa. Vesikel
terinisiasi segera setelah adanya arbuskul pertama, akan tetapi diteruskan berkembang
ketika adanya arbuskul kedua. Fase terakhir, merupakan arbuskul yang memenuhi
sel (terbentuknya batang hifa yang terbaik). Hifa pada jaringan korteks akar
berkembang menyilang seperti dinding pada asosiasi tua. Penetrasi hifa dan
perkembangannya biasanya terjadi pada bagian yang masih mengalami proses
diferensiasi dan proses pertumbuhan. Perkembangan hifa ini tidak merusak sel.
Pengelompokan Mikoriza
Secara umum mikoriza
digolongkan menjadi 3 tipe berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap
tanaman inang :
1. Ektomikoriza
Suatu perakaran
ektomikoriza tidak memiliki rambut akar dan tertutup oleh selapis atau selubung
hifa jamur yang hampir tampak mirip dengan jaringan inang. Lapisan tersebut disebut
selubung pseudoparenkimatis. Masing-masing cabang akar diselubungi hifa
cendawan (disebut mantel hifa), sehingga ukuran akar tampak membesar. Hifa
tumbuh memasuki korteks dan hanya tinggal di lapisan sel-sel korteks luar untuk
membentuk jaring-jaring yang disebut ‘jala hartig’. Jala hartig inilah yang
berperan dalam mentranasportasikan seluruh nutrisi yang diserap oleh mantel
cendawan akar.
Pada umumnya, jamur
yang terlibat dalam ektomikoriza termasuk Basidiomycetes yang meliputi
famili-famili Amanitaceae, Boletaceae, Cortinariaceae, Russulaceae,
Tricholomataceae, Rhizopogonaceae dan Sclerodermataceae. Jamur-jamur itu
termasuk dalam genus-genus Amanita, Boletus, Cantharellus, Cortinarius,
Entoloma, Gomphidius, Hebeloma, Inocybe, Lactarius, Paxillus, Russula, Rhizopogon,
Scleroderma dan Cenococcum. Terdapat pula ektomikoriza pada famili Pinaceae,
Salicaceae, Betulaceae, Fagaceae, Juglandaceae, Cesalpinaceae, dan Tiliaceae.
Beberapa genus seperti Pinus, Picea, Abies, Pseudotsuga, Cedrus, Larix,
Querqus, Castanea, Fagus, Nothofagus, Betula, Alnusn, Salix, Carya, dan Populus
memiliki infeksi ektomikoriza.
2. Endomikoriza
Cendawan yang
menginfeksi tidak menyebabkan pembesaran akar. Jaringan hifa cendwan masuk ke
dalam sel korteks akar dan membentuk struktur khas berbentuk oval yang disebut
vesikel dan sistem percabangan hifa yang dichotomous yang disebut arbuskul.
Cendawan yang hidup intraselular ini membentuk hubungan langsung antar sel-sel
akar dan tanah sekitarnya.Cendawan endomikoriza
umumnya berasal dari ordo Glomales (Zygomycetes) yang terbagi ke dalam subordo
Glominae dan Gigasporinae. Tipe cendawan ini wilayah asosiasinya lebih luas,
yaitu selain berasosiasi dengan jenis-jenis pohon hutan yang dipakai untuk HTI
dan reboisasi lainnya (Acacia mangium, Switenia macrophylla, Pterocarpus sp,
dll) juga dapat berasosiasi dengan berbagai tanaman pertanian, hortikultura dan
pastura (tanaman pakan ternak).
3. Ektendomikoriza
Infeksi hifa dari
cendawan tipe ini memiliki bentuk intermediet dari ektomikoriza dan
endomikoriza. Hifa cendawan ektendomikoriza membentuk selubung tipis berupa
jaringan hartig pada akar. Selain menginfeksi dinding sel korteks, infeksi juga
terjadi pada sel-sel korteksnya. Penyebaran cendawan terbatas pada tanah-tanah
hutan.
Identifikasi Dan Klasifikasi Genus
Cendawan Mikorhiza
Jamur
pembentuk ektomikorhiza biasanya Basidiomycetes diantaranya dari genera
Amanita, Boletus, Laccaria, Pisolithus dan Scleroderma (Setiadi, 1989).
Beberapa jamur hanya spesifik untuk satu inang, sedangkan yang lain mempunyai
rentangan inang yang luas.
Identifikasi Cendawan Mikorhiza Arbuskular (CMA) secara sederhana dapat dilakukan dengan mengamati spora yang dihasilkan dari masing-masing jenis CMA, yaitu dengan mengamati secara morfologi. Hal ini dikarenakan setiap jenis spora CMA memiliki struktur yang berbeda satu dengan lainnya. Cendawan Mikorhiza Arbuskular (CMA), yang ditemukan dapat menginfeksi tanaman, terdapat 6 genus :
Identifikasi Cendawan Mikorhiza Arbuskular (CMA) secara sederhana dapat dilakukan dengan mengamati spora yang dihasilkan dari masing-masing jenis CMA, yaitu dengan mengamati secara morfologi. Hal ini dikarenakan setiap jenis spora CMA memiliki struktur yang berbeda satu dengan lainnya. Cendawan Mikorhiza Arbuskular (CMA), yang ditemukan dapat menginfeksi tanaman, terdapat 6 genus :
1. Glomus
Spora Glomus merupakan
hasil dari perkembangan hifa, dimana ujung dari hifa akan mengalami
pembengkakan hingga terbentuklah spora. Perkembangan spora yang berasal dari
hifa inilah yang dinamakan Chlamidospora. Pada Glomus juga dikenal struktur
yang dinamakan sporocarp. Sporocarp ini merupakan hifa yang bercabang sehingga
membentuk chlamidospora.
2. Sclerocystis
Perkembangan antara
spora Sclerocystis sama dengan spora Glomus yaitu dari ujung hifa yang
mengalami pembengkakkan. Ujung hifa dari Sclerocystis memiliki banyak cabang
dan tiap-tiap cabang tersebut membentuk chlamidospora hingga terbentuk
sporocarp dimana apabila dibelah akan terlihat bentuknya seperti belahan jeruk.
Sporocarp biasanya berbentuk globose atau subglobose.
3. Gigaspora
Struktur spora yang terbentuk
biasanya globose, subglobose namun sering berbentuk ovoid, pyriformis atau
irregular. Spora pada genus Gigaspora ini terbentuk pada mulanya berasal dari
ujung hifa (subtending hifa) yang membulat yang disebut suspensor, kemudian di
atas bulbour suspensor tersebut terbentuk bulatan kecil yang terus-menerus
membesar dan akhirnya terbentuk bulatan kecil yang terus-menerus membesar dan
akhirnya terbentuklah struktur yang dinamakan spora. Karena spora tersebut
terbentuk dari suspensor maka dinamakan azygospora.
4. Scutellospora
Struktur spora yang
terbentuk biasanya globose atau subglobose tetapi sering berbentuk ovoid,
obovoid, pyriformis atau irregular. Proses terbentuknya spora pada
Scutellospora sama dengan pembentukkan spora pada genus Gigaspora. Namun yang
membedakan dengan genus Gigaspora adalah pada Scutellospora terdapat
germination shield, dan pada saat berkecambah hifa akan keluar dari germination
shield tersebut.
5.
Acaulospora
Spora terbentuk di
tanah, memiliki bentuk globose, subglobose, ellipsoid maupun fusiformis. Pada
awalnya proses dari pembentukkan spora seolah-olah dimulai dari hifa, namun
sebenarnya bukanlah dari hifa. Pada awalnya terjadi pembengkakkan ujung hifa
yang strukturnya mirip spora yang dibuat hifa terminus. Kemudian muncul bulatan
kecil yang terbentuk diantara hifa terminus dan subtending hifa, selama proses
pembentukkan spora, hifa terminus tersebut akan rusak dan di dalamnya terdapat
spora. Pada spora yang telah masak terdapat satu lubang yang dinamakan ciatric.
6.
Enterophospora
Proses pembentukkan spora Enterophospora hampir sama dengan proses pembentukkan spora pada Acaulospora. Yang membedakan keduanya adalah pada proses perkembangan azygospora berada di dalam, sehingga akan terbentuk dua lubang yang simetris pada spora yang telah matang.
Proses pembentukkan spora Enterophospora hampir sama dengan proses pembentukkan spora pada Acaulospora. Yang membedakan keduanya adalah pada proses perkembangan azygospora berada di dalam, sehingga akan terbentuk dua lubang yang simetris pada spora yang telah matang.
Manfaat Mikoriza
Sedikitnya ada lima hal yang dapat
membantu perkembangan tumbuhan dengan adanya mikoriza, yaitu :
1.
Mikoriza dapat
meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah
2.
Mikoriza dapat
berperan sebagai penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar
3.
Mikoriza
meningkatkan ketahanan tumbuhan terhadap kekeringan dan kelembaban yang ekstrim
4.
Mikoriza
meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh lainnya
seperti auksin
5.
Menjamin
terselenggaranya proses biogeokimia
Mikoriza juga mempunyai manfaat yang
besar untuk pembangunan hutan terutama pada lahan kritis atau marginal. Manfaat
tersebut yaitu mikoriza sebagai biofertilizer bagi tanaman kehutanan serta
sebagai biokontrol tanaman terhadap kekeringan, keracunan logam berat dan patogen.
Mikoriza sebagai
Biofertilizer bagi Tanaman Kehutanan
Para peneliti telah banyak membuktikan
bahwa cendawan ini mampu meningkatkan penyerapan unsur hara (terutam fosfat)
dan beberapa hara mikro. Kebanyakan akar tanaman yang berasosiasi dengan
cendawan yang membentuk mikoriza dan sebagai simbiosis diketahui meningkatkan
hara fosfat tanaman. Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) yang menginfeksi sistem
perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga
tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur
hara dan air. Fosfat adalah unsur hara utama yang mampu diserap oleh tanaman
bermikoriza. Selain itu dapat juga menyerap NH dan juga unsur-unsur mikro
seperti Cu, Zn, dan Mo.
Mikoriza sebagai
Biokontrol Tanaman Terhadap Kekeringan
Asosiasi cendawan arbuskular-veskular
mikoriza (VAM) dapat memodulasi (mengatur) ketahanan tanaman inangnya terhadap
berbagai osmotik, elastisitas dinding sel yang berubah-ubah atau kandungan air
yang sympastis. Selain telah pula dibuktikan bahwa VAM mampu memanen air di
bawah titik layu permanen, dimana air sangat terbatas dan tidak tersedia bagi
tanaman nonmikoriza. Kemampuan hifa memasuki pori-pori tanah yang paling kecil
dimana akar sudah tidak bisa menembus dan menjangkau air tersebut menyebabkan
tanaman bermikoriza selalu mendapatkan air meskipun dalam suasana kekeringan.
Mikoriza sebagai Biokontrol Tanaman
Terhadap Keracunan Logam Berat
Sejumlah penelitian VAM dapat meningkatkan serapan logam, seperti Zn dan Cu. Logam-logam yang diserap oleh VAM disimpan dalam hifanya dan tidak diteruskan ke akar, namun belum diketahui fungsi logam tersebut bagi cendawan. Selain itu, pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah yang tercemar logam berat dapat ditingkatkan resistensinya jika dikolonisasi oleh CMA, sehingga penggunaannya dapat berfungsi sebagai bioproteksi.
Sejumlah penelitian VAM dapat meningkatkan serapan logam, seperti Zn dan Cu. Logam-logam yang diserap oleh VAM disimpan dalam hifanya dan tidak diteruskan ke akar, namun belum diketahui fungsi logam tersebut bagi cendawan. Selain itu, pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah yang tercemar logam berat dapat ditingkatkan resistensinya jika dikolonisasi oleh CMA, sehingga penggunaannya dapat berfungsi sebagai bioproteksi.
Mikoriza sebagai
Biokontrol Tanaman Terhadap Patogen
Struktur mikoriza dapat berfungsi
sebagai pelindung biologi bagi terjadinya patogen akar. Mekanisme perlindungan
dapat diterangkan sebagai berikut :
1.
Adanya selaput
hifa (mantel) dapat berfungsi sebagai barier masuknya patogen
2.
Mikoriza
menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat lainnya, sehingga
tercipta lingkungan yang tidak cocok untuk patogen
3.
Cendawan mikoriza
dapat mengeluarkan antibiotik yang dapat mematikan patogen.
4.
Akar tanaman
yang sudah diinfeksi cendawan mikoriza, tidak dapat diinfeksi oleh cendawan
patogen untuk menunjukkan adanya kompetisi. Peranan lain dari mikoriza dalam
pertumbuhan tumbuhan adalah sebagai produsen hormon dan zat pengatur tumbuh.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan informasi bahwa cendawan mikoriza
dapat menghasilkan hormon seperti sitokinin, giberelin dan hasil metabolisme
cendawan mikoriza yang berupa vitamin. Mikoriza pun mampu menggantikan
kebutuhan pupuk, tidak menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga aman bagi
ekosistem, membantu tanaman untuk beradaptasi dengan pH rendah, merahabilitas
atau mereklamasi daerah bekas tambang, serta melindungi tanaman terhadap
toksisitas logam berat karena logam berat akan diserap oleh hifa cendawan.
Peranan
Ektomikoriza
·
peningkatan
unsur hara
·
ketahanan
terhadap kekeringan
·
ketahanan
serangan patogen tanah
·
berpotensi untuk
pembangunan hutan industry
Peranan
Endomikoriza
•
meningkatkan pertumbuhan
tanaman
•
meningkatkan
produktivita
•
mengurangi
kebutuhan pemupukan fosfat
•
memproduksi
bunga lebih awa
•
memperpanjang
masa pembungaan, pada tanaman hias.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mikoriza.
Diakses 4 juni 2012
Anonim. 2008.
http://mbojo.wordpress.com/2007/03/16/mikoriza/.
Diakses 4 juni 2012
Anonim.2008.http://www.mycorrhizas.org/files/20070222_AMI2007.pdf.
Diakses 4 juni 2012
Anas,
Iswandi. 1993. Pupuk Hayati (Biofertilizer). Bogor: Laboratorium Biologi Tanah,
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Munawir.
2008. Sebaran Infeksi Mikoriza pada Akar Macodes sp di Kawasan Panaruban Subang
Jawa Barat. Laporan Kerja Praktek. Jatinangor: Jurusan Biologi, Universitas
Padjadjaran.
Pujiyanto.
2001. Pemanfatan Jasad Mikro, Jamu Mikoriza dan Bakteri Dalam Sistem Pertanian
Berkelanjutan Di Indonesia: Tinjauan Dari Perspektif Falsafah Sains. Makalah
Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Rao, N.S
Subba.1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Santosa, Dwi
Andreas. 1989. Teknik dan Metode Penelitian Mikorisa Vesikular-Arbuskular.
Laboraturium Biologi Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Salisbury,
F.B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Bandung: Penerbit ITB.
Setiadi, Yadi, dkk. 1992. Mikrobiologi Tanah Hutan. Petunjuk Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
Setiadi, Yadi, dkk. 1992. Mikrobiologi Tanah Hutan. Petunjuk Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
Widiarti,
Ira. 2007. Sebaran Spora Mikoriza pada Seedling di Hutan Pantai Barat Cagar
Alam Pananjung Pangandaran. Laporan Kuliah Kerja Lapangan. Jatinangor: Jurusan
Biologi, Universitas Padjadjaran.
•
winstar world resort & casino - Tuscany bk8 bk8 온카지노 온카지노 477Play roulette wheel board game for real money at Casinoinjapan.com
BalasHapus